Dajjal ditengah-tengah
kaum Nabi Musa
Setelah merasa dan akhirnya mengaku dirinya memang Tuhan yang
melihat bahwa dirinya berbeda dengan kemapuan makhluk lainnya, ia merasa lebih
cerdas dari makhluk lain, ia sangat yakin bahwa didalam dirinya terdapat ruh
yang istimewa yaitu ruh para dewa, dan buktinya ia mengalami pembicaraan dengan
binatang, dan malaikat Jibril langsung berbicaranya, dan semua makhluk merasa
takut dengan dirinya, dan sifat sombong dan merasa diri Tuhan ini terus berlangsung
dalam perjalan hidupnya.
Sampai suatu masa setelah beberapa tahun di Samirah ia lalu berpergian keberbagai Negara-negara besar disekitarnya, sampai akhirnya ia pergi ke Mesir tempat Fira’un berkuasa. Dan disana ia mendekati dukun yang pandai di Mesir dengan bekal kecerdasan dan kepandaiannya berbicara Dajjal menyatakan bahwa ia ingin menjadi pelayan dan mengabdi kepadanya asal ia diajarkan ilmu dan hikmah.
Dajjalpun ingin agar dirinya di dekatkan dengan Fira'un yang
berkuasa tapi dukun ini mengingatkan kepada Dajjal bahwa Fira’un adalah raja
yang rasialis dan tidak menyukai orang-orang asing jadi lupakan saja
keinginannya untuk mendekatkan diri ke Fria’un, apalagi Fira’un sedang
melakukan aksi membunuh bayi laki-laki yang lahir dan membiarkan bayi perempuan
hidup, karena Fira’un merasa terancam oleh rasa khawatir oleh mimpinya kelak
aka nada anak laki-laki yang menjatuhkannya, namun Dajjal tidak putus asa dan ia
terus belajar sampai kepada filosof-filosof yang hidup di zaman itu dan dari
sanalah ia mengetahui informasi tentang Nabi Musa dan Nabi dan Nabi Harun,
Dajjal sangat kagum mendengar cerita tentang kejujuran Nabi Musa, lalu Dajjal
mengaku juga sebagai orang jujur sepertiNabi Musa, sehingga filosof itu
mengatakan kalau begitu engkau adalah Nabi Musa Samiri.
Dan Dajjal mulailah bertemu dengan Nabi Musa, Dajjal tidak
banyak berkisah kepada Nabi Musa dan hanya berkisah tentang sama-sama keturunan
dari Ishak Bin Ya’kub, dan Nabi Musa tidak memperhatikan sekali Dajjal ini,
Nabi Musa hanya membawa pesan Allah agar bereka semua beriman kepada Allah,
namun Dajjal meragui hal itu, dan terus hidup ia ditengah-tengah orang Bani Israil,
bahkan Dajjal sempat menikahi dengan dengan wanita disana, namun tetap tidak
dikaruniai anak bahkan sampai kapanpun, karena sudah takdir dari Allah SWT.
Kebiasaan kaum Nabi Musa yaitu kaum Bani Israel pada waktu
itu adalah menyembah patung anak sapi, yang tidak dapat membawa kemanfaatan,
dan tidak berguna sama sekali dan tidak pula berbicara, dan Nabi Musa ditengah
kaum sering mengatakan coba tanyakan pada patung sapi itu apa saja yang telah
ia ciptakan di muka bumi ini, menjawab saja tidak bisa bagaimana mau
menciptakan sesuatu, jadi patung sapi ini bukan Tuhan, akulah Nabi yang di utus
Allah untuk menyembah Allah SWT yang Maha Agung yang telah menciptakan bumi dan
segala isinya dan dialah mengatur adanya siang dan malam.
Namun walaupun Nabi Musa telah berdakwah dengan segala upayanya pengikutnya hanya sedikit, dan hanya sekitar 70 orang yang menyebar di kaum Bani Israel dalammenyampaikan dakwah dan misi sebagai Nabi yang di utus oleh Allah untuk memperingatkan agar mentahuhid Allah SWT.
Dajjal memang Dajjal sebagai penyebar fitnah yang hebat dan
ulung, dan sampailah suatu saat Dajjal ditengah-tengah kaum Bani Israel berkata
: “Akulah Rasul utusan Tuhan yang
sesungguhnya kepada kalian dan kepada Musa yang lupa pada Tuhannya ketika ia ada
dihadapannya, jika ia berfikir. Sesungguhnya patung anak lembu inilah yang disembah
oleh nenek moyang kita di Samirah dan telah dicuri oleh orang-orang mesir dari
kita danmereka menamainya “anak lembu Ubay’s”. itulah kelakuan kamu Nabi
Musa yang sangat suka menyembah patung anak lembu yang mereka tahu bagaimana
cara dan siapa pula yang membuatnya, kemudian mereka sembah, mereka tetap
sebuah patung yang diam tak bergerak, menurut saya penyembahan patung pada saat
itu merupakan sebuah pemikiran Tauhid yang sangat primitive sekali dan diluar
logika manusia yang sudah tentu tidak ada dasarnya selaku manusia untuk
menyembah sebuah patung bahkan sampai masa sekarang masih tidak berdasar.
Bani Israel bersikap tidak baik terhadap Nabi Musa oleh
karena fitnah Dajjal yang hebat itu telah melanda kaum Nabi Musa saat itu
meskipun Nabi Harun juga telah mengingatkan mereka namun mereka tetap saja
menyembah anak lembu yang diam tak bergerak itu dan tidak pula sanggup
mendatangkan bahaya serta mendatangkan kebaikan.
Dari 2 (dua) Surat ini yaitu Surat Al-Qashash, 28 : 23 dan
Surat Thaha 20 : 96, akan kita dapati bagaimana Allah memberi kepintaran kepada
Dajjal, coba simak arti ayat tersebut ;
“Musa bertanya
kepadanya “ bagaimana keadaan kalian berdua? Mereka menjawab : kami tidak dapat
meminumkan ternak kami sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan ternaknya,
sedang bapak kami adalah orang tua rentan yang telah lanjut usia”. (Al-Qashash
28:23). Samiri menjawab : aku mengetahui
sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam jejak
rasul (ajaran-ajarannya) lalau aku
melemparkannya, dan demikianlah nafsuku membujukku”. (Thaha 20:96).
Jelas sekali ayat tersebut diatas bahwa Dajjal memilikki dan
mengetahui banyak hal yang tidak diketahui oleh Bani Israel, ia memiliki banyak
kekuatan yang tidak dimilikki oleh kebanyakan orang, daya nalarnya jauh
melampaui daya nalar kebanyakan manusia biasa, ia mempunyai pemikiran cemerlang
yang tidak juga dimilikki orang lain bahkan ia mengetahui kaidah ilmiah fisika
dan kimia, yang tidak menutup kemungkinan ia melakukan bayak inovasi yang tidak dilakukan
oleh orang lain, ia banyak belajar dari pengembaraannya dalam usia yang panjang
itu, disini Nabi Musa baru sadar bahwa ia sedangkan berhadapan dengan Dajjal,
Dajjal memang makhluk di ciptakan Allah sebagai manusia yang luar biasa sebagai
cobaan bagi umat manusia di muka bumi ini, bersyukurlah bagi kita yang
mengimani Allah dan percaya akan itu sebaliknya bagi yang tidak mengimani dan
tidak percaya silakan jalani takdir kalian sampai akhir masa, bukankah kita
memilikki peran dalam takdir masing-masing yang telah ditentukan oleh Allah?
Dajjal ini telah mengaku
terang-terangan kepada Nabi Musa bahwa ia bertanggungjawab dan ia menyadari
bahwa dirinya telah dibujuk dan terpedaya oleh nafsunya sendiri, menanggapi hal
itu Nabi Musa lalu berkata : Pergilah
kamu!”, Nabi Musa hanya menyuruhnya pergi sesuai kehendak dan kemauannya
kemana ia suka dan bebas hidup sebagaimana ia mau tanpa ada yang merintanginya,
Nabi Musa tidak memberikan siksaan atau murka, atau menyiksanya, karena Allah
tidak memerintahkan nya, karena Allah telah membuat takdir atas Dajjal sesuai
keinginan Allah SWT.
Dajjal seperti Iblis, ia menyaksikan jaman demi jaman. Kisah pertemuannya
dengan Nabi Musa (Thaha; 83-98) memberikan petunjuk bahwa kematiannya
ditunda Allah sampai akhir jaman. Musa membiarkannya pergi, padahal Nabi Musa
sudah pada posisi untuk membunuhnya karena kesalahan Dajjal yang teramat
sangat, yaitu menciptakan tuhan lain bagi Bani Israil selain Allah.
Akhirnya patung anak
lembu yang didesign dan dibuat oleh Dajjal dari emas lalu disembah-sembah oleh
kaum Nabi Musa, kemudian dibakar oleh Nabi Musa secara khusus karena patung
tersebut bukan hanya sekedar patung emas biasa tetapi patung itu melainkan
daging dan darah sebelumnya, meskipun seperti khayalan saja seperti pengaruh
sihir pada panca indera atau dengan perantaraan jejak rasul yang diselewengkan,
dan setelah Nabi Musa membakarnya lalau membuang abunya ke laut merah, hal ini
dilakukan oleh Nabi Musa dihadapan kaumnya dan dihadapan Dajjal dengan maksud
bahwa tidak ada Tuhan Selain Allah yang pengetahuannya kekal abadi meliputi segala
sesuatu.
Samiri hanya berdiri menyaksikan pembakaran yang dilakukan
oleh Nabi Musa terhadap patung sapi emas yang telah di buatnya, dan Nabi Musa
lalu membawa kaumnya untuk pergi menuju lembah Sina, dan Samiri alias Dajjal berdiri
ditepian laut merah dan sambil berkata : “kutitipkan
kaum Bani Israel padamu Musa dan sampai berjumpa lagi wahai Bani Israel ketika
Musa telah tiada…..”
Setelah itu Dajjal mengembara dan terus terobsesi untuk menguasai dunia.
Pada saat kelahiran Muhammad saw, Dajjal ditawan - atas perintah Allah - di
pulau asalnya. Binatang aneh yang mendiami pulau itu sejak kelahiran Dajjal,
bersama dengan duapuluh orang yang “berwajah seperti matahari yang bersinar dan
bercahaya dengan tubuh yang tinggi melebihi pohon-pohon yang tinggi”
mengikatnya dengan rantai ke tembok gua yang kokoh, dan suatu saat Dajjal ini
akan terlepas dan kembali menyebar fitnah.
Dan oleh karena Allah
SWT berkehendak memang Dajjal sebagai fitnah besar dimuka bumi ini, makanya
Dajjal termasuk yang ditangguhkan oleh Allah SWT, sama halnya seperti Iblis, sehingga
Dajjal hidup sampai ratusan tahun lama dan ia terus hidup dari masa kemasa
tanpa diketahui dan disadari oleh manusia lain, kecuali manusia yang
dikehendaki Allah untuk menjalankan takdir Allah SWT akan mengetahuinya dan
bahkan bertemu dengan Dajjal tanpa bisa menghindari dari fitnahnya, bahkan Alqur’an
meriwayatkan Dajjal hanya bisa di bunuh oleh Nabi Isa, a.s., yang kelak akan
tiba waktunya Nabi Isa a.s., akan turun kebumi pada waktu yang telah ditentukan
oleh Allah SWT.
Begitulah Allah bila berkehandak tidak akan ada yang mampu
melawan dan membasmi Dajjal kecuali ketetapan dan Takdir Allah yang berlaku
yaitu hanya Nabi Isa, a.s., manusia tidak akan mampu melawan takdir Allah ini, sesekali
tidak akan…….semoga kita pembaca semua terhindar dari fitnah Dajjal ….amin yarobbal’alamin…….
Bersambung
Dajjal Part III…….Insya Allah…..
Dajjal Part III…….Insya Allah…..
Bibliogrphy :
1. Muhammad
Isa Dawud, Dialog Dengan Jin Islam, Pustaka Hidayah, Cetakan ke-12, Oktober
1997, Bandung.
2. Muhammad
Isa Dawud, Dajjal Akan Muncul Dari Segi Tiga Bermuda, Pustaka Hidayah,
Cetakan ke-6, Nopember 1997, Bandung.
3. MIMUK BI's BLOG, http://risalahmutiaratauhid.blogspot.com/2013/06/kisah-dajjal-bagian-2.html.
No comments:
Post a Comment